Cinta dalam hati itu
memang menyakitkan dan menyedihkan.
Tapi, sampai saat ini
hanya itu yang bisa aku lakukan.
Kamu terlalu jauh untuk ku
gapai.
Kamu terlalu sulit untuk
ku mengerti.
Dan kamu terlalu
transparan buatku.
Seandainya kamu sadari,
aku masih memendam perasaan ini.
Perasaan yang sempat mati
karena sikap acuhmu.
Perasaan yang pernah
membuatku tersenyum bahagia.
Perasaan yang pernah
membuatku meneteskan air mata.
Perasaan yang sempat
membuatku kehilangan akal sehat.
Kamu, ada satu pertanyaan
yang ingin ku tanyakan langsung padamu.
Gelang buatanku khusus
untukmu, apakah masih kamu simpan?
Atau sudah hilang?
Atau sudah dibuang?
Atau kamu tak peduli
sedikitpun tentang ini?
1 hari 1 malam aku
membutnya untukmu, gelang yang sama denganku.
Namun dengan mudahnya kamu
katakan bahwa kamu tidak suka menggunakan gelang.
Pernahkah terlintas
dipikiranmu, perkataanmu itu menyakitkan?
Pernahkah kamu berfikir,
aku sedih mendengarnya?
Sikapmu berubah.
Saat kamu tau aku
menyukaimu.
Apakah menyukaimu adalah
sebuah kesalahan?
Apakah ingin lebih dekat
denganmu itu salah?
Dan apakah aku tidak boleh
jatuh cinta padamu?
Hei kamu,
Senyuman
itu tidak pernah hilang dalam otakku.
Wajah itu selalu terbayang
dalam pikiranku.
Suara itu juga selalu
terdengar di telingaku.
Memory otakku selalu
memutar hal-hal indah yang pernah kita lakukan dulu.
Lama tak melihat kamu
membuat aku lupa akan segalanya.
Lupa bahwa aku menyukaimu.
Lupa baha aku mencintaimu.
Lupa bahwa aku
menginginkanmu.
Lupa bahwa aku
merindukanmu.
Sahabatku selalu saja
bergurau tentangmu.
Meledekku yang tak bisa
mendapatkanmu.
Meledekku akan sikap
bodohku dihadapanmu.
Mencoba mengingatkanku
tentang dirimu.
Berbicara semua tentangmu.
Sungguh itu berhasil.
Kini aku kembali
memperhatikan kamu.
Kembali melihat ke arahmu.
Kembali menyukaimu.
Kembali menginginkanmu.
Terlalu sulit bagiku untuk
bisa melupakan kamu sepenuhnya.
Meninggalkan
rasa yang tumbuh karna kehadiranmu.
Menghapus jejak-jejak
perjalanan terindah kita.
Menggantikan senyuman kamu
dengan senyuman lain.
Melepaskan kamu yang belum
sempat aku dapatkan.
Hei kamu yang dalam
tulisan ini aku sebut dengan “kamu”.
Apakah kamu tidak bisa
membaca jika dimataku ada cinta untuk kamu?
Apakah kamu tidak bisa
lihat tingah bodohku saat dekat dengan kamu?
Apakah kamu tidak bisa
mengartikan semua tanda cinta yang aku beri?
Atau mungkin hati kamu
yang tidak peka dengan semua perasaanku?
Jauh, jauh, jauh....
Kamu terlalu jauh bagiku,
walau jarak kita dekat.
Aku bahkan seperti tidak
mengenal kamu.
Aku bahkan tidak bisa mengerti
apa yang kamu inginkan.
Kini aku tidah dapat
memahami kamu.
Terkadang
aku bisa menikmati saat-saat aku mengamati kamu.
Saat-saat aku
memperhatikan kamu.
Saat-saat aku mencari
perhatian kepada kamu.
Saat-saat aku menemukan
kenyataan pahit tentang kamu.
Dan setiap jengkal
kegalauan yang aku rasakan karena kamu.
Kamu, ini memang rasaku.
Rasaku untukmu yang pernah
terungkap karena mereka.
Rasaku
untukmu yang tidak pernah tersampaikan.
Rasaku untukmu yang abadi
berada dalam hatiku saja.
Rasaku untukmu yang
kusebut “cinta diam-diam”